Monday, December 26, 2011

KEDUDUKAN SEORANG IBU DALAM ISLAM


"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku engkau akan kembali" (Q.S: 31:14-15)

Ibu.. betapa indah dan sucinya kata ini. Kata yang membawa wanginya keramahan dan cinta kasih dalam jiwa dan membuat kita merasakan kehangatan dan kemurniannya.
Dunia Barat sekarang baru menemukan nilai mulia Ibu, sedangkan umat Islam telah berabad-abad mempercayai kedudukannya yang mulia berdasarkan ajaran Illahi melaliu Islam. Islam pecaya pada nilai ibu yang luar biasa dan telah menarik perhatian manusia melalui berbagai ungkapan dan pernyataan. Bahkan Islam menganggap bahwa mencapai tahap akhir kesempurnaan yakni SURGA, tergantungpada kerelaan ibu. Dan Nabi Muhammada SAW bersabda : "Surga berada di bawah telapak kaki IBU."

"Jika orang tuamu menyebabkan perasaan tidak senang pada dirimu, maka janganlah engkau membalas dengan membuat mereka tak senang. Jika mereka memukulmu, engkau tak boleh membalas dengan menyakiti mereka. Bahkan engkau mesti mendoakan mereka dan tidak melemparkan apapun selain pandangan cinta dan kasih sayang kepada mereka. Suaramu tidak boleh lebih keras dari mereka dan engkau tidak boleh berjalan mendahului mereka."

Imam Ahlubait yang ke-4 berpesan : "Adalah hak ibumu agar engkau mengingatnya bahwa ia telah mengandungmu dalam rahimnya selama berbulan-bulan. Memeliharamu dengan sari hidupnya. Mengerahkan semua yang ada padanya untuk memelihara dan melindungimu.
Ia tidak mempedulikan rasa laparnya, sedangkan engkau diberinya makan sepuas-puasnya.
Ia mengalami rasa haus sementara dahagamu dipuaskan.
Ia mungkin tak berpakaian, tapi engkau diberinya baju yang baik-baik.
Ia mungkin berdiri di panas terik matahari, sementara engkau berteduh.
Ia meninggalkan tidurnya yang enak demi tidurmu yang pulas.
Ia melindungimu dari panas dan dingin.
Ia menanggung semua kesusahan itu demi engkau!
Maka engkau layak untuk mengetahui bahwa engkau tak akan mampu bersyukur kepada ibumu secaa pantas, kecuali Allah menolongmu dan memberikan keridhaan untuk membalas budinya."

Hak-hak istimewa yang diberikan Islam bagi seorang ibu adalah karena susah payah yang telah ditanggungnya dalam mengembangkan kehidupan jasmani dan rohani anak-anaknya. Sehingga hanya para ibu yang melaksanakan tugas keibuannya dengan baik, membesarkan dan mendidik anaknya menjadi anak yang berguna, yang layak mendapatkan kedudukan dan hak istimewa tersebut. Sedangkan ibu yang justru memilih untuk bersenang-senang, berfoya-foya meninggalkan kewajibannya mngasuh dan mendidik anak serta membiarkan anaknya dipanti asuhan, serta menelantarkannya. Sesungguhnya ia telah melakukan kedzaliman yang tidak termaafkan terhadap anaknya. Oleh karena itu tidaklah pantas ia mengharapkan hak dan kedudukan seorang ibu.
Ibu-ibu semacam itu bukan saja merusak kebahagiaan anak-anak mereka, tetapi juga memberi pukulan pada masyarakat disebabkan kegagalan mereka mengambil manfaat dari anak-anaknya. Seorang anak yang tidak belajar dari cinta kasih ibunda dan yang emosinya tidak dikembangkan dalam pangkuan ibunda, tidak dapat diharapkan untuk menunjukkan kasih sayang ditahun-tahun berikutnya. Lihatlah betapa pribadi-pribadi besar dunia mendapatkan keberhasilan terutama dari pengaruh ibu. Ibu mereka telah melaksanakan tugas penting dan memainkan peranan yang berhasil dalam membina anak-anaknya.

Dalam Islam, Kemarahan dan ketidak puasan Ibu dipandang sebagai sarana datangnya bencana dan kehancuran. Dalam beberapa riwayat telah dikatakan secara jelas bahwa orang yang durhaka terhadap orang tuanya TIDAK AKAn PERnAH MENCIUM BAU SURGA dan TIDAK AKAn MECAPAI KEBAHAGIAAn.
Seorang pemuda dimasa Nabi telah jatuh sakit dan terbaring tak berdaya ditempat tidur. Nabi pergi ,enjenguknya dan mendapatkan ia sakit parah disaat terakhirnya. Nabi berkata padanya : "Akuilah keesaan Allah dan ucapkan kalimat syahadat: Laa ilaaha illallah. Pemuda yang sakit itu menggagap dam tidak dapat mengucapkan kalimat suci. Nabi bertanya pada seorang perempuan yang hadir, "Apakah ia mempunyai Ibu?" Perempuan itu menjawab, "Ya, saya adalah ibunya." Nabi bertanya lagi, "Apakah engkau tidak rela kepadanya?" Perempuan itu mengiyakan, "Ya, saya tidak rukun dengan dia delama enam tahun." Nabi meminta perempuan itu memaafkan kesalahan putranya. Perempuan itu berujar, "Wahai Nabi Allah, saya akan melakukannya demi engkau." Kemudia Nabi menoleh kepada pemuda itu sambil berkata, "Sekarang ucapkan Laa ilaaha illallah." Pemuda itu sekarang dengan lidah yang bebas mengucapkan kalimat suci itu.

Oke Guys, oleh karena itu apabila kita mempunyai salah dengan ibunda maka kita harus cepat-cepat meminta maaf kepadanya, jangan sampai ibunda kita murka kepada kita. Naudzubillaaahhh..

Suatu hal yang perlu diingat ialah pada tanggal 22 Desember telah dipilih sebagai Hari Ibu. Dimana diadakan berbagai acara peringatan, puisi-puisi ditulis, hadiah-hadian diberikan kepada para ibu oleh anak-anaknya. Tentu saja hal itu sangat bagus, tetapi tidaklah cukup acara-acara dan pemberian hadiah itu sebagai penghargaan terhadap usaha para ibu. Haruslah diusahakan dan disertakan juga untuk memberikan penjelasan kepada para ibu tentang tanggung jawab besar mereka, menyadarkan mereka bahwa pengelolaan suatu keluarga dan pendidikan anak-anak termasuk pekerjaan yang paling penting dibandingkan dengan pekerjaan apapun.



Posted by Rati Mega Andini

No comments:

Post a Comment

Tambah Komentar