Tuesday, September 9, 2014

Terima Kasih Telkom University


Gue adalah salah satu mahasiswa yang mengambil jurusan Manajemen Informatika di Telkom Applied Science School. Gue kuliah disana sesuai dengan kemauan diri sendiri, dan gue bangga bisa menjadi salah satu Mahasiswa disana. 3 tahun gue merantau di Bandung, di kota yang mempunyai sejuta bahkan lebih keindahan dan tentunya kenangan yang gak akan gue lupain sampai kapanpun. 2 tahun gue ikut organisasi disana sebut aja DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa), DPM adalah salah satu organisasi tertinggi dikampus, yang mengawasi kinerja BEM. Gue masuk organisasi itu dengan kemauan gue sendiri dan gue seneng banget, karena dengan gue masuk organisasi tersebut, gue nemuin orang-orang hebat. Disana juga gue diajarkan bagaimana mengatur waktu dengan baik tentunya antara kuliah dan organisasi, ya walaupun banyak yang harus kita evaluasi tapi gue yakin itulah yang disebut organisasi, dan kalian teman-teman seperjuangan, gue bangga bisa kenal sama kalian semua :')

Oh iya, gue juga punya temen-temen yang gak kalah hebatnya, temen seperjuangan PIS-11-03 dan MCC-11-02. Kangen banget sama kalian, sekarang kita udah masing-masing, agak susah buat kumpul, dulu kalau mau kumpul tinggal sms aja langsung dateng, tapi sekarang? Kalian udah jauh, kangeeenn banget rasanya main-main ketawa bareng, pusing bareng-bareng sewaktu mau ujian dan sewaktu kita dikejar banyak deadline, rela begadang bareng demi tugas yang numpuk. You know guys, imissyousomuucchhh :')

Dan gue juga gak lupa sama dosen-dosen yang udah ikhlas membagikan ilmunya. Terima kasih Pak, Bu. Kami telah selesai berjuang disini, sekarang waktunya kami melanjutkan masa depan kami dan siap menjadi orang-orang hebat. Amin.

Terima Kasih Telkom University.

Sunday, August 4, 2013

Untuk Dia yang Masih Rahasia

Hi, seseorang diluar sana.
Apa kabarmu? Dua kata itu mungkin menjadi sebuah frase klise yang hampir selelu diutarakan untuk memulai sebuah surat. Basa basi yang sebenarnya ingin kuhindari, karena aku tau, menanyakan kabarmu sama seperti menebak arah terbit matahari. Sudah pasti. Tentu saja, keadaanmu baik. Dia menjagamu selalu, bukan?

Lucu ya, tanpa tau namamu, tanpa tau kau siapa, dimana, aku sudah berani menulis sebuah surat untukmu. Surat cinta, malah. Aku pun geleng-geleng kepala. Bingung sendiri. Namun rasanya tak perlu penjelasan lebih. Karena seperti cintaku pada-Nya, semua itu hadir tanpa perlu ada pertemuan sebelumnya. Keyakinan, itu saja.

Berbicara tentangmu, selalu penuh dengan angan. Dalam beberapa hal bisa kukatakan, menggelikan. Kadang aku membayangkanmu seperti ini, seperti itu, seperti dia, seperti dia yang lainnya, seperti banyak kemungkinan. Sampai-sampai aku lelah menebak. Tapi aku tetap penasaran. Selalu penasaran.

Mengapa aku begitu penasaran tentangmu? Jawabnya sederhana,
"Tidakkah kau penasaran tentang seseorang yang dengan tulang rusuknya kau tercipta? Yang dengan bersanding dengannya, membuat ibadahmu sempurna?"

Dalam doa yang kupanjatkan, aku sering bertanya pada-Nya, tentangmu.
Bertanya banyak hal. Siapa kamu? Seperti apa rupamu? Apakah aku mengenalmu? Apakah kita sudah pernah bertemu? Apakah kau dekat? Apakah kau jauh? Apakah saat ini kau tengah melakukan hal yang sama: bertanya pada-Nya, tentangku?
Hingga akhirnya, saat semua pertanyaan bertubi-tubi itu telah kusampaikan, aku meminta pada-Nya. Suatu permintaan yang sederhana (juga): "Lindungi ia dimanapun berada...".

Aku tak tau, kamu tak tau, apakah kini kita tengah berjalan dijalan yang berbeda arah atau berjalan berinringan namun tak saling mengenali, atau bahkan mungkin salah satu diantara kita melihat yang lainnya: dalam hati berbisik doa yang sama setiap hari "Semoga dia jodohku....".

Aku berharap, kini kita tengah saling memantaskan. Pria yang baik hanya untuk perempuan yang baik, begitupun sebaliknya, bukan? Biarlah kamu tetap menjadi misteri untuk saat ini. Mungkin memang ini cara yang terbaik bagi kita untuk saling menjaga.

Meski begitu, layaknya tulisan ini,
aku yakin
aku, dan kamu,
saling terhubung, melalui-Nya.


"Suatu saat nanti, akan kupastikan kita berdua, bersama-sama, membaca surat ini :)"

Ijin repost, ya. Siapapun itu.

Friday, May 31, 2013

Buanglah Sifat Pembanding


Haloooooo, ciyeee siapa nih yang udah nemu pujaan hatinya? Yang udah nemu, dijaga baik-baik ya pujaan hatinya, jangan sampe ada orang ketiga hadir lalu mengambil rasa kenyamanannya. Jangan sampe! Nanti nyesel.

Pacaran itu ngejaga anak orang, inget loh dia masih punya orang tuanya. Makanya harus dijaga baik-baik, dijaga fisiknya, dijaga batinnya juga termasuk hatinya. Salah satu yang kadang dilakuin adalah membandingkan, membandingkan antara dirinya dengan mantannya. Siapa yang mau dibanding-bandingkan seperti itu?

Hal sekecil apapun jika dibandingkan dengan yang namanya mantan itu pasti rasanya nggak enak. Yakin deh. Setiap orang itu berbeda-beda dan nggak akan mungkin bisa sama, so kalau emang gak mau kehilangan orang yang disayang, jauh-jauhin deh sama yang namanya ngebanding-bandingin.