Hi, seseorang diluar sana.
Apa kabarmu? Dua kata itu mungkin menjadi sebuah frase klise yang hampir selelu diutarakan untuk memulai sebuah surat. Basa basi yang sebenarnya ingin kuhindari, karena aku tau, menanyakan kabarmu sama seperti menebak arah terbit matahari. Sudah pasti. Tentu saja, keadaanmu baik. Dia menjagamu selalu, bukan?
Lucu ya, tanpa tau namamu, tanpa tau kau siapa, dimana, aku sudah berani menulis sebuah surat untukmu. Surat cinta, malah. Aku pun geleng-geleng kepala. Bingung sendiri. Namun rasanya tak perlu penjelasan lebih. Karena seperti cintaku pada-Nya, semua itu hadir tanpa perlu ada pertemuan sebelumnya. Keyakinan, itu saja.
Berbicara tentangmu, selalu penuh dengan angan. Dalam beberapa hal bisa kukatakan, menggelikan. Kadang aku membayangkanmu seperti ini, seperti itu, seperti dia, seperti dia yang lainnya, seperti banyak kemungkinan. Sampai-sampai aku lelah menebak. Tapi aku tetap penasaran. Selalu penasaran.
Mengapa aku begitu penasaran tentangmu? Jawabnya sederhana,
"Tidakkah kau penasaran tentang seseorang yang dengan tulang rusuknya kau tercipta? Yang dengan bersanding dengannya, membuat ibadahmu sempurna?"
Dalam doa yang kupanjatkan, aku sering bertanya pada-Nya, tentangmu.
Bertanya banyak hal. Siapa kamu? Seperti apa rupamu? Apakah aku mengenalmu? Apakah kita sudah pernah bertemu? Apakah kau dekat? Apakah kau jauh? Apakah saat ini kau tengah melakukan hal yang sama: bertanya pada-Nya, tentangku?
Hingga akhirnya, saat semua pertanyaan bertubi-tubi itu telah kusampaikan, aku meminta pada-Nya. Suatu permintaan yang sederhana (juga): "Lindungi ia dimanapun berada...".
Aku tak tau, kamu tak tau, apakah kini kita tengah berjalan dijalan yang berbeda arah atau berjalan berinringan namun tak saling mengenali, atau bahkan mungkin salah satu diantara kita melihat yang lainnya: dalam hati berbisik doa yang sama setiap hari "Semoga dia jodohku....".
Aku berharap, kini kita tengah saling memantaskan. Pria yang baik hanya untuk perempuan yang baik, begitupun sebaliknya, bukan? Biarlah kamu tetap menjadi misteri untuk saat ini. Mungkin memang ini cara yang terbaik bagi kita untuk saling menjaga.
Meski begitu, layaknya tulisan ini,
aku yakin
aku, dan kamu,
saling terhubung, melalui-Nya.
"Suatu saat nanti, akan kupastikan kita berdua, bersama-sama, membaca surat ini :)"
Ijin repost, ya. Siapapun itu.